Puisi Aditya G. Erlangga; Tajug Loro di Telapak Kakimu

Aditya G. Erlangga

Sumber: www.flickr.com/photos/gazeronly

TAJUG LORO DI TELAPAK KAKIMU

/1/
Aku membasuh telapak kakimu, Ibu. Barangkali, kutemukan kehidupan
tanah surga di setiap jejaknya. Kulihat tepat di ujungnya—sebuah tempat
elok dibangun dari jejak peradaban panjang yang disimpan waktu.

/2/
Terdapat tiga puluh lima sekat yang antar jaraknya berhias manik-manik
mutiara. Setiap sejarah terang memancar dari mata kilauannya. Di sana,
akan kubangun untukmu sebuah rumah Tajug Loro dengan tiang-tiang
Soko Guru dan batu pondasi ditancapkan suci di puncak Tidar. Lalu
atapnya berkilatan semburat yang membentang dari puncak Surono
hingga Wukir Mahendra.

/3/
Menapak jejak berpakaian batik motif sidomukti. Membuka hati, bersujud
pada Illahi di masjid sebelah pusara suci tiga wali. Memejamkan mata,
merasakan aroma dupa persemayaman para dewa di dataran Di Hyang.
Dan menorehkan kisah hidup dalam pahatan relief Borobudur dan artefak
tua Prambanan.

/4/
Di sisa zaman yang tersisa kupeluk Dewi Sri bergaun hijau di Bumi Mina
Tani. ”Serabi, jenang, lumpia, carica, nasi gandul. Ambil dan makan
sesukamu, Le.” Katanya. Hingga tumbuh memayu hayuning bawana di
dalam dada.

/5/
Kini, basuhan telapak kakimu telah paripurna, Ibu. Tak kubiarkan tancapan
duri menyisakan luka-luka dan marabahaya mengintai. Sebab di dalamnya,
sebuah rumah surga yang kuberinama Jawa Tengah berdiri indah—gemah
ripah loh jinawi. Kubentengi dengan doa-doa setulus kerinduan
sebagaimana anak-anak Adam merindukan surga sebagai kampung
halaman.


Kudus, 31 Mei 2019