Puisi-Puisi Mangir Chan; Kedok


puisi mangir chan
Sumber: pixabay.com



KEDOK


di Negeriku, apalah arti sebuah nama
jika yang terlahir berbeda, akan menjadi asing
meski sedarah, mereka dilahirkan
meski setanah, mereka ditumbuh besarkan
tak ada senyum bibir mengembang
tegur sapa kian serau menghilang
mereka orang-orang tak mengenal nama
sesuka mata memandang jalan hidupnya

di Negeriku, apalah arti kemanusiaan
jika yang terlahir berada, akan kuasai segala
sedang nilai sosial kian menjadi mahal
karena tenggang rasa telah lama terjual
terganti dengan prinsip untung rugi
mencari untung demi tahta tertinggi
sedang pembawa rugi dibuang tak dihargai
suka hati mencari aman sendiri

di Negeriku, atas nama kepentingan
norma kemanusiaan jadi kedok bisnis murahan
menipu jelata dengan janji manis kemewahan
ada yang menyilap lewat rayuan telepon berhadiah 
bahkan berdalih membangun tempat ibadah
rela berkeliling rumah membawa surat berstempel basah
menjual surga menawarkan produk asli agama
beraroma sosial yang dikemas dengan label pahala


Undaan,  25 Agustus 2019





KEPADA KAYU

: Yang kini menjadi abu


duhai kayu
semenjak tubuhmu menjadi abu
hujan dan angin kerap kali menyergap
membawamu terbang ke langit luas, lalu
menyesapmu bersama hujan ke perut bumi
menyusuri gelap lorong sunyi

sementara daun dan ranting
yang terlepas dari tubuhmu
kini meranggas kurus kering
di lahan kosong yang kini sepi dari riuh daun
dan suara gemeretak nyanyian ranting
yang sering terdengar bising

kepada kayu
saat dirimu tak lagi menjadi kayu
jangan kau pinta api
untuk memberangus daun dan ranting
cukuplah dirimu menjadi abu
bersama tanah yang kian mengering

biarkan sisa daun dan ranting
menjadi bakal tunas baru
bersama tanah dan abu
hiduplah saling berpadu
lantas tumbuhlah menyerupa wajah kayu
dan jangan engkau berpaling


Undaan, 25 Agustus 2019

Mangir Chansuka menulis puisi dan naskah drama/teater. Founder Komunitas Omah Gatra Undaan dan anggota Keluarga Penulis Kudus (KPK). 

0 comments