Jas untuk Rengga

Reyhan M Abdurrohman




Mata Sheeril terbelalak saat mendapati nama Rengga di lintingan kertas yang dibagikan Bu Indira. Itu artinya ... dia bisa lebih dekat dengan Rengga, cowok ganteng dari jurusan penjualan yang tahun kemarin terpilih menjadi duta wisata di kotanyanya. 

Akkkkk...!! 

Sheeril cuma bisa teriak  kegirangan dalam hati. Dia sangat bersemangat dengan tugas akhir semester yang diberikan Bu Indira kali ini. Padahal sebelum-sebelumnya, bisa dipastikan dia malas mengerjakannya. Kalau tidak untuk mendapatkan nilai dan lulus, dia tak akan mengerjakannya.

Tugas semesteran ini cukup menantang. Anak jurusan tata busana diberi tugas untuk membuat setelan busana pria. Jelas tugas ini punya kesulitan tersendiri, karena Bu Indira menuntut untuk membuat busana yang unik dan indah sesuai karakter orang yang akan memakainya. Siapa yang akan memakai, ditentukan dari lintingan-lintingan kertas yang diambil berurutan. 

Busana-busana hasil tugas ini nanti akan dipamerkan dalam fashionshow di acara ulang tahun sekolah. Itu artinya busana hasil karya Sheeril akan dipakai oleh Rengga. Sheeril masih tak percaya dengan keberuntungannya kali ini. Dewi fortuna benar-benar berada di pihaknya. Bisa jadi kesialan-kesialan yang melekat pada tubuhnya sudah hilang.

Sebelumnya Sheeril sudah sangat lelah dengan hidunya yang seolah-olah penuh dengan kesialan. Bahkan dia pernah minta diruwat atau diruqiah agar terbebas dari kesialan yang sudah seperti kutukan. Namun kali ini, oh sungguh keberuntungan luar biasa menjatuhinya.

Sheeril senyum-senyum sendiri membayangkan akan mengukur tubuh Rengga. Dia akan sangat dekat dengan cowok pujaan tersebut. Bahkan mungkin bisa menyentuh tubuh dada bidangnya, lengan kekarnya atau perut six pack-nya. Dia pun yakin busana yang akan dia buat akan sangat indah saat dikenakan Rengga yang memang punya ukuran tubuh standar model. 

***

Saat istirahat, Sheeril mengumpulkan keberanian untuk menemui Rengga di kelasnya. Ya, selama ini Sheeril hanya mengagumi cowok itu diam-diam. Tapi sekarang dia punya alasan untuk menyapa, bahkan bertemu dengannya.

“Rengga, bisa ganggu waktunya sebentar?”

“Ada tugas dari Bu Indira untuk membuat setelan busana pria, kebetulan karya aku nanti kamu yang bakal pakai.”

“Oh iya, Bu Indira sudah bilang ke aku tadi. Jadi?”

“Eh, iya, aku mau ukur anu ...”

Rengga mengerutkan keningnya, “Ha?”

“Eh, maksudnya mengukur untuk bajunya nanti.” Sial. Sheeril hampir saja mempermalukan dirinya sendiri.

Sheeril pun mulai mengeluarkan buku catatan dan ukuran. Dengan gemetar dia mengukur tubuh Rengga yang terlihat pasrah saja. Sheeril sampai berkeringat. Padahal siang itu matahari sedang tertutup awan. Dia benar-benar kesulitan mengkondisikan dirinya sendiri. Dia berusaha mengatur dirinya sendiri. Tidak lucu jika tiba-tiba dia pingsan di depan Rengga, kan?

***

Pulang sekolah Sheeril langsung ke pasar untuk mencari bahan. Tadi dia sempat menggambar desainnya. Setelah jas dari kombiasi batik mega mendung berwarna biru awan dan beledu berwarna senada yang akan memberikan kesan mewah dan etnik. Membayangkannya saja Sheeril optimis akan dapat nilai yang bagus. Kalau memang iya,  jelas ini berkat Rengga yang memakainya.

Dia merasa tak pernah bersemangat seperti ini saat mengerjakan tugas dari Bu Indira.  Masuk jurusan tata busana sebenarnya buka seutuhnya pilihannya sendiri. Ibunyalah yang mempengaruhi, lebih tepatnya memaksa Sheeril masuk jurusan tata busana. Agar dapat meneruskan usaha ibu, katanya.

***

Fashionshow digelar. Tugasnya sudah dikumpulkan sebelumnya. Sudah ada label nama perancang busana di setiap busananya, agar tidak tertukar. Sheeril sangat ansutias  sekali. Dia duduk paling depan dan sudah menyiapkan camcoder yang dipinjamnya dari kakaknya.

Fashionshow dimulai. Satu-persatu model pria pilihan yang juga siswa sekolah ini berjalan di atas catwalk memperagakan baju karya siswa tata busana. Jantung Sheeril berdebar menunggu busana karyanya akan seperti apa  dikenakan Rengga. Dan dia tak sabar mengetahui bagaimana reaksi Rengga. Dia sudah tak sabar.

Namun mata Sheeril terbelalak  saat mendapati busana karyanya dipakai oleh Kido yang tinggi kerempeng. Jas itu tampak kedodoran  dan sangat tidak pantas dipakai oleh Kido. Jelek!

“Kok Kido, itukan khusus buat Rengga.”

Sheeril terlihat marah dan kecewa. Dia langsung beranjak  dan pergi ke  ruang ganti menemui Bu Indira. Dia ingin minta penjelasan kenapa tiba-tiba Rengga digantikan Kido?

“Rengga tiba-tiba ijin pulang karena sakit, dan kebetulan si Kido lewat, yasudah ibu minta tolong Kido, daripada karyamu tidak ditampilkan.”

“Bukan masalah itu, Bu ...”

Kido datang dari belakang Bu Indira dan menyodorkan selembar kertas ke arah Sheeril. Kertas berwarna merah jambu yang dikenalnya. Surat yang seharusnya untuk Rengga yang menerangkan bahwa; Sheeril memberikan jas itu untuknya.

“Terima kasih, Sheeril. Jas ini akan aku jaga terus.”

Sheeril ingin teriak. Aakkk! Itu bukan untuk kamu Kido, tapi untuk Rengga....

Sepertinya kesialan masih melekat pada dirinya. Ruwat adalah jalan yang harus segera ditempuhnya.



Reyhan M Abdurrohman, menerbitkan tiga novel: Ajari Aku Melupakanmu, Mendayung Impian dan Chiang Mai. Ketua Komunitas Fiksi Kudus, bergiat di Keluarga Penulis Kudus. Karyanya dimuat di berbagai media seperti: Tempo, Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Solo Pos, Panjebar Semangat.

0 comments