Puisi-Puisi Faqihuddin Mubaroq; Nyanyian Bianglala


Puisi Cinta


NYANYIAN BIANGLALA


Dengan dingin pucuk penumbra
menghalangi purnama
Ada gerhana pada warna merah rayumu
aku terbawa kemayu

Lalu riuh jelma rintik kecil di titik nadir;
air mata ini kusembahkan
untuk lebih berani hadir

Maka senyummu adalah bangkai
Di belakang kuburan terbengkalai
Sedang bianglala bernyanyi untuk kita
Seperti bunyi canda merpati di sela-sela senja.


Kudus, 2019



YU


Yu, Neng Ayu
Kemayumu layu
Apa iya senja berupa kebaya
Yang di mana yang kusayang
Mendekati nadir di titik gulita
Dijadikan malam, segelas kalam
Dan kau berpesta meraya maya

Yu, Neng Ayu
Yang kubayang-bayang
Melayang tayang
Di kotak televisi fiksi
Aku menonton monoton
kekasihku pada penuh jarak spasi
Terpisah ilusi terpaut waktu
menjeda menjadi-jadi rindu


Kudus, 2019



HILANGNYA AHMADI
DI HATI MARLENA


Jauh di lubuk hati Ahmadi
Marlena bertapa sekian tahun lamanya
Ditumpuk dedaun menjalar dikujur rindu
Baju yang telah usang oleh dendam,
Dan mulai luntur berpadu waktu

Ahmadi kemarin resah
Tak ada puisi sebagai asupan ganti gizi
dibuat dengan mantera kadabra
Berasal dari racik senyum Marlena

Marlena kini ke mana?

di hati ahmadi dia pergi
Meninggalkan rumah yang dibuatnya lelah
Ahmadi mengipas hatinya gerah

Marlena lena tiada
Ahmadi berhenti
Menulis puisinya


Madura, 2019




SEPOSKO AIR MATA


khusus untukmu telah kubangun
posko khusus pengaduan;
boleh kau lapor apa saja

gundah lelah hatimu
bila pekik riuh datang menjamu
atau segala himpun sebalmu

kini aku lebih siap menjadi tempat deritamu

posko pengaduan bakal tutup
bila kau dan bahagia bertemu

aku akan membuka posko selanjutnya
dengan lebih jujur meneteskan air mata


Kudus, 2019



Faqihuddin Mubaroq, kelahiran Madura, 7 Februari 1999. Aktif menulis puisi dan nyantri di Kudus.

0 comments