Cerita Remaja dengan Pernak-Pernik Thailand
Judul: Chiang Mai
Penulis: Reyhan M Abdurrohman
Penerbit: Loka Media
Tahun: Cetakan I, April 2019
Tebal: 235 hlm
ISBN: 978-602-5509-44-5
Novel besutan Reyhan M Abdurrohman ini menyajikan konflik
remaja berlatar Thailand. Dua sahabat, Em dan Kaeo, merupakan lelaki berwatak
berbeda. Meski begitu keduanya adalah sahabat yang saling percaya.
Kisah dimulai dengan keresahan Kaeo terhadap keberadaan
ayahnya yang meninggalkan ibu dan ia sendiri yang masih kecil. Mereka
memutuskan hidup sendiri-sendiri bahkan Kaeo hanya mampu merasakan kasih sayang
dari Nenek. Setelah sang Nenek meninggal, Kaeo merasa kesepian. Apalagi ibu
Kaeo berpamitan akan kembali menjadi pelacur. Kaeo sangat iri pada kehidupan
sahabatnya yang seratus delapan puluh derajat berbeda darinya. Padahal di sisi
lain, Em yang dikekang keluarganya juga sangat iri pada Kaeo. "Jika dapat
dilahirkan kembali, Em ingin terlahir kembali seperti Kaeo. Ya, Pachara
Rungruemsumrarakul, sahabat terbaiknya." (hlm. 20)
Latar Thailand sangat cocok dengan isu transgender yang
diangkat di novel ini. Ayah kaeo yang tak tau rimbanya, ternyata berubah gender
dan menjadi penyanyi wanita yang sangat terkenal. Kehidupan suram wanita
panggilan juga ditampilkan lewat karakter Nok, pacar maya Em. "Aku bukan
wanita baik-baik, Em. Aku menyadari itu. Tapi percayalah kalau aku benar-benar
mencintaimu." (hlm.201)
Konflik-konflik ini menginterpretasikan hobi penulis yang
gemar mendalami film-film Asia. Beberapa dialog yang ada juga menggunakan
bahasa sehari-hari Thailand seolah penulis memang terlahir di Negara Gajah Putih tersebut.
Namun begitu bukan berarti novel ini jauh sekali dari apa
yang tengah terjadi di Indonesia. Permasalahan remaja yang diangkat penulis
juga diadegankan di sinetron-sinetron Indonesia. Pengeroyokan karena satu
wanita, ancaman bila tidak mau putus, LDR-an dan sebagainya. Secara psikologis,
memang remaja cenderung bersikap nekat terhadap keinginannya.
Hal ini juga terproyeksi pada jalan utama novel, kedua tokoh
utama kabur dari apartemen Em dan pergi ke Chiang Mai. Menariknya, mereka ke
sana dengan tujuan yang sama sekali berbeda. Em ingin membuktikan pada Nok
bahwa cintanya tulus, sementara Kaeo memiliki rencana untuk menelusuri jejak
ayahnya. "Meski Kaeo belum tahu pasti apakah Channarong masih berada di
Chiang Mai atau tidak. Dia hanya punya petunjuk yang mungkin berharga."
(hlm. 94)
Meski dua rencana itu tak mendapatkan hasil yang diinginkan,
keduanya menemukan pencerahan. Em mulai membuka hati untuk Kwang, cewek yang
diam-diam selalu mengirim surat rahasia. Sementara Kaeo mulai menerima
kenyataan ayahnya.
Novel ini hanyalah secuil cerita remaja yang dikemas dalam
pernak-pernik Thailand yang indah. Ringan, namun memberi kita pelajaran untuk
merenungi bahwa bagaimana pun yang kita miliki patut dihargai.
Shoma Noor Fadlillah, Guru MI Muhammadiyah Jati Kulon, Kudus
1 comments
Terima kasih Shoma sudah meresensi novel saya.
BalasHapus