Puisi-Puisi Ardi Susanti [Sepekan Parade Puisi #DIRUMAHSAJA]

Ardi Susanti



RINDU (YANG) TERJEDA


Seperjalanan hampir terlewati
Berbagai suka dan duka adalah cerita
Hingga saatnya kuketuk pintu rumah tua
Tempat aku bermanja di pelukan ibu

Mimpi itu teramat melenakan
Namun angin memporak porandakanya
Hingga aku terbangun seketika

Ternyata aku masih harus bermimpi
Mendengarkan suara kambing di pagi buta
Atau suara serangga saat malam memekat

Aku rindu menyesap kopi di depan tungku rumah ibu
Aku rindu menunggu ketela bakar matang dari balik sekam
Aku rindu wangi daun jambu di belakang rumah
Aku rindu bening air yang kuteguk dari dinginnya kendi

Tuhan
Usaikan semuanya
Usaikan wabah bagi negeriku
Aku rindu menyerukan nama-Mu di antara geriyap obor di malam kemenangan
Pada kampung leluhurku


Tulungagung, Maret 2020





SELAMAT PAGI DOKTER


Selamat pagi dokter
Sudahkan kau peluk anakmu pagi ini
Perjuangan tak henti
Abaikan segala yang ada di hati

Selamat pagi dokter
Jaga hati dan badan
Lantaran kau ada di garis paling depan
Tentang kami
Hanya peluk sebentuk doa yang mampu terdaras

Selamat pagi dokter
Selamat bertugas
Merawat nyawa orang tanpa peduli nyawa sendiri
Diam-diam mengalir bening di pipi tanpa mampu menyeka
Tertunduk menyebut nama-Nya
Agar selamat semua semesta

Selamat pagi dokter
Pahlawan kemanusiaan tanpa euforia penghargaan


Tulungagung, April 2020





KEPADA ANAKKU


Nak
Diamlah sejenak
Kita duduk berdua
Bercerita tentang harimu yang terlampau riuh
Sambil kita menyesap teh manis dan sepiring mendoan hangat

Sini nak
Duduk dekat ibu
Akan kuceritakan tentang hujan berpetir yang sedang mengunjungi negeri kita
Juga mendung yang mendadak gulita
Mengusir kupu dan capung yang sedang bersuka

Nak jangan abai bahasa alam
Sebab ada cinta abadi di tiap hela anginnya
Serupa bulan sealis perawan yang tetiba menjadi bundar penuh
Atau pelangi yang berpendar seusai hujan

Diamlah di sini Nak
Menggenggam hati ibu
Sembari kita mengurai kembali masa kecilmu
Di mana hanya tangismu yang membuatku cemas
Tidak harus memikirkan tentang lobang ozon yang tetiba menutup gegara wabah yang mendunia

Diamlah di sini di samping ibu Nak
Lantaran aku ingin mencandai hidup denganmu
Membaca tanda-tanda peradaban dan memaknainya
Agar hidup kita terjaga oleh semesta



Tulungagung, April 2020

Ardi Susanti, lahir di Ngawi, 15 April 1975. Menulis puisi, cerpen, geguritan, dan naskah teater. Karya-karyanya terangkum dalam 53 buku antologi bersama dan 1 buku antologi tunggal. Mengikuti berbagai acara sastra dan di undang pada acara muktamar sastra nasional di Situbondo, dan PPN XI di Kudus. Sebagai penyaji terbaik lomba musikalisasi puisi dalam pekan seni guru se-Jatim tahun 2011, menerima penghargaan sebagai seniman berdedikasi bidang teater dari Gubernur Jawa Timur tahun 2019, aktif melukis dan berpameran di beberapa kota besar di Indonesia, tahun 2016 pernah berpameran di Dallas, Amerika Serikat, sebagai guru bahasa inggris di SMAN 1 Tulungagung.

0 comments