Puisi-Puisi Dimas Nugraha [Sepekan Parade Puisi #DIRUMAHSAJA]
KITA DI RUMAH SAJA
Barangkali
benar: baiknya,
kita di rumah saja. bermain catur
sepetak, menggeser langkah raja
mengulur masa permainan dan sebisanya menghemat umur
sepetak, menggeser langkah raja
mengulur masa permainan dan sebisanya menghemat umur
Barangkali
benar: baiknya,
kita di rumah saja, menyabet cicak yang sembunyi
dan menggantung ekornya pada dinding pigura
sebagai tanda. ekor yang putus adalah medali,
gelar pahlawan karena kita di rumah saja
kita di rumah saja, menyabet cicak yang sembunyi
dan menggantung ekornya pada dinding pigura
sebagai tanda. ekor yang putus adalah medali,
gelar pahlawan karena kita di rumah saja
Barangkali
benar: baiknya,
kita di rumah saja. duduk bekerja
berperang melawan malas, cemas juga korona
kita di rumah saja. duduk bekerja
berperang melawan malas, cemas juga korona
Sudah
tentu benar: saudara,
mengajak manusia menulis puisi, di rumah saja
membangun sendiri keindahan dunia kita, dengan kata
ketika kekacauan dunia luar menelan habis keindahannya
mengajak manusia menulis puisi, di rumah saja
membangun sendiri keindahan dunia kita, dengan kata
ketika kekacauan dunia luar menelan habis keindahannya
(Jepara, April 2020)
BALADA PAHLAWAN YANG KALAH DENGAN TERHORMAT
Selamat
pagi, ruang kerjaku
cahaya bagai laser menembus genting kaca
memasok kesan kepada kita: ruang ketat lagi gulita
ketika aku memilih di rumah saja
cahaya bagai laser menembus genting kaca
memasok kesan kepada kita: ruang ketat lagi gulita
ketika aku memilih di rumah saja
Dalam
garis cahaya itu, beribu-ribu debu; menari
beratus-ratus virus barangkali
aku pun duduk di sana, berencana menulis satu cerita
atau satu metafora sederhana
beratus-ratus virus barangkali
aku pun duduk di sana, berencana menulis satu cerita
atau satu metafora sederhana
Hari
ini hidung adalah bom waktu
dan bersin adalah letusan yang membuat panik segala di sekitar kita.
ada lebah yang melubangi selaput mendung di mataku
seseorang melempar batu pada permukaan ini telaga
dan bersin adalah letusan yang membuat panik segala di sekitar kita.
ada lebah yang melubangi selaput mendung di mataku
seseorang melempar batu pada permukaan ini telaga
Tiba-tiba
terasa getaran pada diri
aku harus tenang dan siaga
sebelum menulis kalimat pembuka sebuah cerita
aku pun mengamati cahaya sial itu sekali lagi
dan bikin mancung-bom ini meletus
cerita berakhir pupus
aku harus tenang dan siaga
sebelum menulis kalimat pembuka sebuah cerita
aku pun mengamati cahaya sial itu sekali lagi
dan bikin mancung-bom ini meletus
cerita berakhir pupus
Semua
kata kabur, hilang, berhamburan dari kepala tanpa sisa
(ketika aku ingin menulis satu cerita
sederhana; untukmu saja)
(ketika aku ingin menulis satu cerita
sederhana; untukmu saja)
(Jepara, 2020)
TERTULAR KESEPIAN
Sekoloni
jamur tumbuh di sekujur tanganku
keriput telapak pecah, ditembus batang-batang berduri
pesta ribuan serangga tak senonoh telah berdiri
merayap tulang, menembus lubang; seekor ulat bulu
pesta ribuan serangga tak senonoh telah berdiri
merayap tulang, menembus lubang; seekor ulat bulu
Aku
menciptakan dunia kecil di tanganku
dunia kecil yang tak kalah ramai dan mengerikan
jika dibanding dengan dunia kita; di luar itu
“ya? dari mana kau mengerti kerena kesepian?”
dunia kecil yang tak kalah ramai dan mengerikan
jika dibanding dengan dunia kita; di luar itu
“ya? dari mana kau mengerti kerena kesepian?”
Karena
aku benci dengan kengerian ini
karena aku ngeri dengan tangan ini
karena aku benci tangan dengan segala kengerian ini
aku lebih memilih memperbaikinya dengan sepi menular ini
karena aku ngeri dengan tangan ini
karena aku benci tangan dengan segala kengerian ini
aku lebih memilih memperbaikinya dengan sepi menular ini
(Kudus, 2020)
Dimas Nugraha, lahir di Kudus, 1998. Penulis buku kumpulan
puisi “PECAH” (Reybook Media, 2019) yang merupakan buku pertamanya. Sedang
aktif menulis di blognya: http://ketikaduduk.art.blog
.
0 comments