Puisi-Puisi M. Johansyah [Sepekan Parade Puisi #DIRUMAHSAJA]

M. Johansyah


ANTERO KESEDIHAN DUNIA


Aku merenung dengan napasku hari ini
begitu banyak yang terjadi
dari yang kubaca
kulihat, hingga tidak semua kupahami
manakala kita harus berjauhan
seakan tercerai berai dari kehidupan
kekokohan menjadi lemah
kebersamaan berliku alasan

Aku merenung dengan segala pikiranku
kapan semua berakhir
setiap orang menahan diri
jerit hati terkurung jadi kesedihan
kendati akan datang kabar gembira
yakni kekuatan yang menyudahinya

Aku merenung dengan sepenuh jiwa
bahwa Tuhan bekerja dengan caranya
enyahkan dukana
hadirkan suka cita ~ pada dunia


Batulicin, 25/03/2020#11.25





DAPUR JELATA NGEBUL BERASAP GETIR



Lihatlah, wajah-wajah penuh harap
menanti uluran tangan. Dari kita
dengan tubuh gemetar; lihatlah
abang-abang becak
pedagang asongan
supir-supir angkot
para jompo
pekerja serabutan
tukang parkir
loper koran, terlalu banyak lagi
untuk disebutkan satu per satu

Lihatlah, semenjak kemarin
ketika 'lockdown' ramai-ramai diberlakukan
membatasi ruang gerak jelata
dengan penghasilan pas-pasan
punya beraskah mereka?
ada laukpaukkah mereka?
cukupkah belanja mereka?
pertanyaan terus mengusik
tersenyum pun sulit
tertawa pun getir
jemari dan tangan mereka hampa
apa yang bisa kau beri? Apa?
jika doa adalah solusi. Maka doakanlah
walau kita sama-sama punya beban
bukalah pintumu, berikan semampumu

Lihatlah, kesedihan bukan buat tontonan
tetapi hati nurani jua yang mempertautkan
antara yang kaya dan miskin
di mata Tuhan tiada bedanya
sedekahmu akan jadi amal jariah
bantuan yang tulus ikhlas melepasmu dari bala
takkan pernah luput dari perhitungan-Nya

Lihatlah, air mata yang tertahan
karena takbisa lagi untuk menangisi keadaan
sulit rasanya mengatakan
harapan hanya dari sesama
bukan dari siapa-siapa
kaulah jiran tetangga yang baik hati
banyak memberi berlimpah rejeki


Batulicin, 12/04/2020#09.15




JIKA KEBEBASAN DIPASUNG WABAH



Terbelenggu jemu. Dan kita memintal sepi
dari gulungan benang keyakinan
menjadi kain kaci putih polos, seadanya
untuk selimut dingin cuaca
atau penyeka keringat, tatkala
lelah menunggu berhari-hari
dari sebuah keadaan yang takpasti

Masihkah ada degup kagum di jantung kita
manakala semburat matahari
menaiki sudut langit Timur
lalu mata ini memandangi embun
di rerumputan
di alis anak-anak tercinta
dengan senyum belia yang menawan
manakala kabar buruknya
kita akan tetap diam lama di rumah
menunggu sebuah kepastian yang kian jengah

Masihkah ada raut wajah orang-orang terkasih
menimba air di sumur berkawan kicau burung
meniti pematang sawah
di pagi buta, lalu mandi dengan hati gembira

Masihkah ada sebentang jalan yang ramai
lalu lalang manusia mencari hajat hidupnya
suara-suara terompet gerobak pentol
ikan dan sayur mayur

Masihkah ada di tepi trotoar yang sepi
penjaja kue-kue pasar aneka rasa
pun kedai kecil menawarkan secangkir kopi hangat
atau nasi uduk murah meriah

Masihkah ada hiruk pikuk jelata
mengadu nasib mencari nafkah
di tengah lamanya wabah korona melanda
dengan terpaksa makan seadannya

Keadaan ini semakin membelenggu
kita menenun rasa takut
menjadi sehelai kain bercampur daki
menunggu dan terus menunggu
kapan berakhir segala keterasingan
kapan senyum simpul semua orang kembali rekah



Batulicin, 10/04/2020#08.36

M. Johansyah, lahir 13 September 1963 di Murung Pudak, Tanjung – Kab. Tabalong. Karya-karyanya telah banyak terbit dalam antologi bersama di Kalimantan Selatan. Sekarang berdomisili di Batulicin, Kab. Tanah Bumbu. Sebagai Stasiun Manager di Radio Nirwana 100 FM – Batulicin, Tanah Bumbu.

0 comments