Almira tidak Suka Hujan

Reyhan M Abdurrohman


cerita anak


Musim hujan datang. Hampir setiap pagi saat berangkat sekolah, atau setiap sore menjelang malam, turun hujan. Rumput-rumput mulai tumbuh melebat. Pohon-pohon mulai berdaun lebat. Suhu udara pun sering berubah-ubah, terkadang panas  bikin gerah, terkadang pula dingin bikin gigil.

“Kenapa hujan ada?” tanya Almira pada mamanya selesai sarapan.

Mama menjelaskan, “Karena makhluk hidup butuh air.”

“Tapi tidak sebanyak dan sesering ini.” Almira terlihat sebal.

“Bisa jadi air yang turun juga untuk cadangan air di bumi.”

“Almira benci hujan.” Almira kemudian bangkit, tak menghabiskan telur dadarnya.

Hujan turun pagi ini, dan Almira benci itu. Karena hujan turun saat dia mau berangkat sekolah. Dia terpaksa harus memasukkan sepatunya ke plastik, dan mengenakan sandal karet. Dia pun harus mengenakan jas hujan yang bikin pengap.

“Ke sekolah saja sekarang ribet seperti ini, Ma. Ini gara-gara hujan.” Almira menekuk wajahnya.

“Hujan tidak salah, Almira.”

“Tapi kenapa hujan selalu turun saat Almira mau ke sekolah?”

“Karena hujan ingin mengantar Almira ke sekolah.” Mama tersenyum, berusaha tetap menyemangati Almira.

“Almira tidak mau diantar hujan, karena hujan cuma bikin repot. Banyak air menggenang di jalan. Jalanan juga licin. Saat bersepeda di jalan, terkadang Almira terciprat air karena motor atau mobil yang melintas kencang di atas genangan. Almira benci itu.”

Almira terkadang mogok sekolah dan maunya dibonceng Papa naik motor. Sayangnya hari ini Papa harus berangkat lebih awal ke kantor.

“Besok Papa sudah janji akan mengantar Almira ke sekolah. Semangat dong.”

Teman-teman Almira di sekolah malah terlihat senang jika turun hujan. Mereka bisa bermain air. Mereka bisa hujan-hujanan. Mereka senang karena bisa pamer sandal lucu-lucu mereka ketika berangkat ke sekolah. Mereka juga senang karena bunga di sekolah tumbuh segar.

***

Hari ini Siska dan Tiara tidak masuk sekolah karena sakit. Kata ibu guru, mereka demam karena kehujanan kemarin. Saat pulang, mereka lupa membawa jas hujan, akhirnya hujan-hujanan dari sekolah sampai rumah.

“Anak-anak jangan hujan-hujan ya. Jaga kesehatan kalian.” Ibu guru memberi nasihat.

“Kenapa hujan jahat? Bikin Siska dan Tiara sakit?” Almira tiba-tiba nyeletuk.

“Eh, hujan tidak jahat. Hujan datang membawa kebaikan,” kata ibu guru.

Almira masih saja teguh dengan kebenciannya, “Tapi hujan sudah membuat Siska dan Tiara sakit. Hujan juga sering menghalangi kita kalau mau sekolah.”

Ibu guru menghela napas, “Bukan salah hujan, itu karena Siska dan Tiara hujan-hujanan kemarin.”
Almira sepertinya masih tak puas dengan jawaban ibu guru. Dia masih benci hujan.

***

Almira sedang menonton TV bersama Mama setelah belajar. PR matematikanya sudah dia kerjakan. Seperti biasa, Mama lebih memilih menonton berita daripada tayangan lain. Almira hanya ikut saja, karena malam-malam seperti ini tidak ada kartun.

Diberitakan bahwa beberapa wilayah banjir karena hujan lebat yang tidak diimbangi aliran selokan dan sungai yang lancar. Almira memperhatikan beberapa berita mengabarkan hal yang sama di daerah berbeda.

“Ma, hujan sudah bikin banjir. Jahat ya?” Almira tiba-tiba berkomentar.

Mama tersenyum, kemudian membelai rambut panjang Almira, “Itu bukan salah hujan, Almira.”

“Tapi hujan juga sudah bikin Siskda dan Tiara sakit. Tadi mereka tidak masuk sekolah,” lanjut Almira.

Mama menggeleng, “Itu juga bukan salah hujan. Kita tidak bisa menyalahkan hujan, karena hujan adalah pemberian Tuhan. Hujan turun karena sudah siklusnya seperti itu. Bayangkan jika hujan tidak turun, akan ada kekeringan, air akan habis, tumbuhan mati. Nanti Almira tidak bisa mandi lagi, tidak bisa makan buah atau nasi.”

“Tapi hujan sudah bikin banjir, Ma.”

“Cobalah kita intropeksi diri. Jika sungai itu bersih, air hujan akan lancar mengalir hingga ke laut. Nah, kita lihat kondisi sungai kita, banyak sampah yang menghambat aliran air, iya kan? Pantas saja jadi banjir, karena air yang akan mengalir ke laut jadi terhalang. Siska dan Tiara sakit karena mereka hujan-hujanan, padahal bisa jadi daya tahan tubuh mereka sedang tidak baik. Coba mereka tidak hujan-hujan, tidak akan sakit.”

“Oh gitu, ya Ma? Jadi bagaimana biar tidak banjir?”

“Bisa dimulai dari aksi kecil kita sendiri, seperti membuang sampah pada tempatnya atau tidak di sungai. Almira kalau buang sisa snack dan lain-lain jangan sembarangan ya, harus ke tempat sampah. Mama sering lihat loh bungkus snack ada di meja belajar Almira.”

Almira tersenyum malu. Kebiasan buruknya itu, ternyata cukup diperhatikan Mama.

Almira kini paham, bahwa hujan turun karena memang sudah menjadi siklus alam. Hujan turun membawa kehidupan. Tumbuhan jadi hidup dan sumber air tak kering. Almira pun sadar, bahwa banjir dan sakit karena hujan adalah kelalaian manusia itu sendiri.

Almira tak lagi benci hujan. 


Reyhan M Abdurrohman, menerbitkan tiga novel: Ajari Aku MelupakanmuMendayung Impian dan Chiang Mai. Ketua Komunitas Fiksi Kudus, redaktur tajug.net. Karyanya dimuat di berbagai media seperti: TempoPikiran RakyatMinggu PagiSolo PosPanjebar Semangat. 

1 comments