Jati dan Burung Kertas Warna-warni
“Ssst, Bu
Nurani datang!” kata Nino baru mengintip ke arah luar. Nino bergegas ke
bangkunya.
Kelas Jati mendadak hening, meskipun sebelumnya cukup
ramai oleh suara-suara. Bu Nurani memasuki ruangan untuk memulai pelajaran.
Nino seorang ketua kelas. Ia seorang anak yang mudah bergaul
dan disukai teman-temannya.
Pagi itu sedikit berbeda, karena Bu Nurani membawa
sesuatu yang tersimpan di dalam kantung plastik yang tergantung di tangannya.
“Selamat pagi, anak-anak!”
“Selamat pagi, Buu...” jawab anak-anak kompak.
“Bagus sekali, hari ini kalian sangat bersemangat.
Ibu jadi tidak sabar untuk …”
Belum selesai Bu Nurani melanjutkan kalimatnya, Ibra
mengajukan sebuah pertanyaan yang menyita perhatian teman-temannya.
“Apa isi kantung plastik itu, Bu?”
Bu Nurani mengeluarkan setumpuk kertas warna-warni
dari dalam kantung plastik dan meletakkannya di meja.
“Kalian tahu apa ini?”
“Kertas, Bu,” jawab Lusia penuh keyakinan.
“Kamu benar, Lusia. Tepatnya ini disebut dengan
kertas origami. Ada yang tahu apa itu origami?”
Seisi kelas diam. Bu Nurani memberitahu, bahwa
origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Banyak hal bisa
dibuat dengan kertas origami. Misalnya burung, kelinci, katak, kupu-kupu, dan
lain-lain.
Bu Nurani membagikan tiga lembar kertas untuk satu
anak, yang nantinya dilipat bersama-sama. Bentuk yang dicontohkan Bu Nurani
adalah burung.
Arahan dari Bu Nurani telah selesai. Anak-anak
dipersilakan melipat ulang dengan kertas yang tersisa. Tetapi, tiba-tiba Bu
Nurani menghampiri Jati yang tampak murung.
“Kamu kenapa, Jati?”
“Tidak apa-apa, Bu.”
“Kertas kamu mana?”
Emh…
“Ada sesuatu yang bisa Ibu bantu?”
“Tidak, Bu.”
Beberapa anak berbisik mengenai sikap Jati yang aneh.
“Jika ada sesuatu yang mau ditanyakan, kamu dapat ke
meja Ibu, ya?”
Jati hanya mengangguk, tetapi sangat terlihat bahwa
ia tidak berada pada kondisi yang nyaman. Kepalanya tampak menunduk. Jati
tampak sedih sekaligus khawatir.
“Kamu kenapa, Jati?” tanya Nino dengan hati-hati.
“Aku …”
“Kamu tidak apa-apa, ‘kan?”
“Tidak.”
“Tapi kamu terlihat seperti sedang menyembunyikan
sesuatu. Tidak apa jika kamu berterus terang. Aku akan mendengarnya.”
“Aku … hmm.
Kertasku habis. Aku tidak bisa melipat origami lagi,” katanya dengan suara
sangat lirih dan perasaan sedih.
Nino melihat Jati menutupi sesuatu dengan
tangannya. Meja itu basah, terkena
tumpahan air minum, juga kertas yang sudah dibagi oleh Bu Nurani. Ia buru-buru
menyembunyikannya di laci. Ia sangat takut Bu Nurani marah.
“Tidak apa-apa, Jati. Biar kubilang pada Bu Nurani.”
“Jangan, Nino.”
Nino tidak peduli. Ia segera ke depan untuk meminta
kertas lain untuk Jati.
“Apakah masih ada sisa kertas, Bu? Jati tidak bisa
melipat kertas karena terkena tumpahan air.”
Bu Nurani sedikit terkejut, “Benarkah, Jati?”
Jati mengangguk dengan ekspresi ketakutan. Bu Nurani
mendekati meja Jati dan menjelaskan bahwa tidak apa-apa seandainya ia berkata
jujur mengenai kertasnya yang rusak. Ia boleh minta kertas itu lagi. Lagi pula,
Bu Nurani masih memiliki banyak kertas untuk digunakan melipat origami.
Berkat bantuan Nino, Jati bisa kembali melipat burung
warna-warni. Burung-burung itu pada akhirnya ditempel di dinding belakang kelas
dan digantung di depan kaca jendela. Kelas jadi tampak lebih berwarna.
Jati berterima kasih kepada Nino. Berkali-kali.
***
Fina Lanahdiana, partikel pemimpi yang menyukai biru dan minum kopi. Bisa dihubungi
melalui akun Instagram dan Medium @filadina.
0 comments