Awas! Jodohmu Menjauh Karena Misuh

Jihan Avie Yusrina


“Jadi perempuan itu yang halus tutur katanya, sopan perilakunya, jangan galak-galak, teriak-teriak apa lagi sampai misuh. Nanti jodohmu menjauh.”

Sebagai kaum hawa, kalimat tersebut sudah menjadi konsumsi harian. Jika ditanya bagaimana rasanya, ambyarlah jawabannya. Ini semacam teror terselubung yang membatasi kebebasan perempuan untuk menjadi cantik ala versinya masing-masing. Apalagi ada embel-embel jodoh menjauh. Duh, Dek! Sudah pasti kaum hawa akan mati-matian untuk menjaga lisannya agar jangan sampai misuh. Kalau toh sedang kesal, cukup ditahan saja tanpa perlu berkata-kata. Kalau keceplosan misuh, sepertinya harus dibumbui dengan senyuman paling manis lalu bertaubat. Kalau perlu misuhnya pakai bahasa arab biar tidak mengurangi kadar sholihah. Karena tak banyak yang tahu artinya.

Selama ini, perempuan yang suka misuh dianggap tidak high class dan cenderung ndeso. Kalau tidak percaya, coba saja tanya para pria. Siapa di antara mereka yang mau pacaran dengan perempuan yang punya kebiasaan misuh? Tentu tak ada yang berminat. Pacaran saja enggan, apalagi melangkah ke pelaminan.

Kalau dipikir-pikir, rasanya tidak adil deh. Tidak ada protes dari pihak manapun atas pisuhan yang keluar dari mulut laki-laki. Tak berlaku pula ancaman akan jadi perjaka tua karena tak laku alias ora payu. Bahkan ada anggapan “gak laki kalau nggak misuh”. Lihat saja, betapa fasihnya para laki-laki itu misuh saat sedang kalah bermain game. Mereka bisa menyebut seluruh nama hewan dikebun binatang dalam sekejap. Tapi ya sudahlah, dunia memang terkadang suka mengajak bercanda.

Kalau boleh jujur, saya cenderung nyaman dengan kata-kata santai, renyah dan mudah dicerna. Tapi saya selalu mencoba untuk mengubah stigma negatif atas pisuhan yang keluar dari mulut perempuan. Menghindari berpikir tentang pisuhan sebagai penyebab lunturnya kecantikan. Sakitnya lho di mana-mana. Masak karena sekali misuh terancam jadi perawan tua. Toh kita sama-sama mahluk hidup yang ingin mengekspresikan atas apa-apa yang kita rasakan. Bisa stres dong kalau harus terus-terusan mengelabuhi emosi diri. Lagi jengkel diputusin pacar tapi harus mengungkapkan dengan bahasa jawa kromo inggil misalnya. Yang ada tidak jadi meluapkan perasaan tapi malah kayak dongeng menjelang tidur. Bukannya plong malah zonk.

Jika kamu masih menganggap misuh yang keluar dari mulut perempuan itu hanya sekedar umpatan kotor, “Hey! mainmu kurang jauh, Bro!”. Kamu perlu sekali-kali mencoba agar tahu nikmatnya misuh. Biar saya kasih sedikit gambaran tentang misuh dan macam-macamnya. Misuh merupakan bahasa jawa yang artinya umpatan atau pengungkapan rasa kesal. Sebagai orang jawa, beruntunglah kalian karena punya koleksi pisuhan yang beragam. Mulai dari nama-nama binatang, anggota tubuh, sampai pisuhan polowijo seperti kata “asem”. Jangan dikit-dikit dianggap saru karena perempuan yang mengucapkan. Wong jika dilihat-lihat, pisuhan-pisuhan itu adalah bahasa jawa dari hal-hal tertentu yang diucapkan untuk melepas beban. Kalau misuh untuk merendahkan orang lain ya jangan dong! Bisa jadi jodohnya jauh beneran.

Dilansir dari kompas.com, ada alasan yang dikemukakan oleh psikolog tentang kenapa mengumpat itu bagus. Seorang psikolog terkemuka, Timothy Jay mengungkapkan bahwa umpatan merupakan bentuk komunikasi yang tidak bisa dilakukan oleh kata-kata lainnya. Ini dapat menjadi sarana penetral emosi dan mengurangi rasa sakit. Tapi dengan porsi yang secukupnya alias tak boleh berlebihan. Mentang-mentang tahu manfaatnya malah jadi kelewat batas. Kesandung sedikit misuh, kepanasan sedikit misuh, kesenggol dikit bacok. Kan malah jadi unfaedah. Well, perempuan juga punya emosi dan bisa merasakan sakit serta berhak untuk meluapkan emosinya. Entah Istighfar atau misuh, semua tergantung pilihan, selera dan kepuasan masing-masing.

Sejauh ini, pisuhan juga dapat menjadi sarana ramah tamah yang menunjukkan keakraban dengan seorang teman. Lagi-lagi ini hanya berlaku di kalangan kaum adam. Memanggilnya “Cuk!” atau bahkan sekedar guyonan. Tapi ingat batas, hanya orang-orang tertentu yang bisa menerima perlakuan ini. Jangan praktikkan pisuhan kepada orang tak dikenal atau orang yang lebih tua. Apalagi calon mertua. Tamatlah riwayatmu wahai anak muda! Selamat menjalani hidup dengan penuh cinta tanpa misuh-misuh.



Jihan Avie Yusrina, anggota Komunitas Omah Gatra. Kesehariannya hanya santai-santai sambil ngopi. Hidupnya selow dan tidak mau ngoyo.  Dapat dihubungi melalui IG @jihanavie

0 comments