Belajar dari Si Jlitheng



Si Jlitheng Impian Nopitasari

Judul: Si Jlitheng; Dongeng Bocah Abasa Jawa
Penulis: Impian Nopitasari
Ilustrasi: Nai Rinaket
Penyelaras Bahasa: Ichwan Prasetyo
Spesifikasi: iv + 52 hlm. 20,5 x 20,5 cm
ISBN: 978-623-7721-21-5
Penerbit: Babon

Sewaktu sekolah dulu, bagi saya, pelajaran Bahasa Jawa cukup sulit. Meski saya sendiri orang Jawa tulen, yang setiap hari masih dibiasakan berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa, tetap saja pelajaran Bahasa Jawa rasanya susah. Apalagi kalau sudah ketemu dengan Aksara Jawa. Duh, rasanya kepala ini langsung nyut-nyutan.

Sering dengar slentingan, “Dadi wong Jawa ki sing njawani.” (Jadi orang Jawa itu yang benar-benar Jawa.”). Mungkin slentingan itu cocok buat saya ini, yang belum benar-benar menguasai Bahasa Jawa.  Lha, kalau disuruh nulis Bahasa Jawa saja masih sering bingung seputar penulisan kata yang tepat, masih sering salah penggunaan tingkatan bahasa, dan lain-lain. Kalau baca tulisan Bahasa Jawa kadang juga masih menemukan banyak kata-kata yang tidak tahu artinya. Kebangetan!

Meski sudah tidak sekolah, bukan berarti tidak belajar Bahasa Jawa, ya. Lalu bagaimana saya belajar Bahasa Jawa itu? Ya, bisa membaca atau latihan menulis. Salah satu bacaan yang baru saya selesaikan adalah Si Jlitheng, Dongeng Bocah Bahasa Jawa karangan Impian Nopitasari, yang ilustrasi cantiknya dibuat oleh Nai Rinaket.

Si Jlitheng memuat empat dongeng anak yang dapat memuat pelajaran bagi pembacanya. Dibuka dengan Dongeng Pitik karo Bebek yang menceritakan induk ayam bernama si Blorok yang menantikan telurnya menetas. Namun ada yang aneh, karena telur terakhir yang menetas berbeda wujudnya dengan yang lainnya. Wujudnya jelek dan menjadi bahan hinaan bagi yang lain.

Sing penting awake dhewe kabeh kudu nglakoni bab sing becik, ati becik iku luwih wigati tinimbang rupa. (Yang penting kita sendiri harus melakukan hal yang baik, hati baik itu lebih bagus daripada rupa/wajah.”). (Hlm. 9)

Selanjutnya Kodhok lan Bekicot juga memberikan pelajaran baik. Bekicot selalu iri dengan kodok yang bisa melompat dengan cepat, sedangkan dirinya berjalan saja sangat lambat. Bekicot merasa tidak berguna. Bahkan dia merasa Allah tidak adil terhadapnya.

Pokoknya Gusti Allah ora adil anggone ngripta awakku, ora kaya kodhok. Ngono batine bekicot. (Pokoknya Allah tidak adil menciptakan aku, tidak seperti kodok. Batin bekicot.). (Hlm. 23)

Cerita ketiga adalah tentang kucing bernama Mimi yang terpaksa dititipkan oleh Bu Esthi kepada Mbok Triman, mantan pembantunya dulu. Mimi sedih dan tidak bisa beradaptasi. Mimi yang biasa makan makanan dari pet shop tidak bisa makan makanan yang diberikan Mbok Triman.

Si Jlitheng adalah dongeng terakhri di buku ini. Bercerita tentang semut berukurn kecil dan hitam yang tidak mendapatkan teman. Si Jlitheng memang lebih kecil dari semut-semut lainnya, sehingga dianggap lemah dan tidak bisa bekerja. Si Jlitheng merasa tidak berguna. Namun, sesungguhnya ada yang dapat dia lakukan untuk membantu hewan lain.

Saya menikmati keempat dongeng karya Impian ini. Bahasa yang dipakai mudah dipahami. Banyak pelajaran yang dapat diambil. Karena memang dongeng untuk anak-anak, amanat-amanat yang disampaikan pun sudah cocok. Dalam penceritaan dan menyampaikan amanat baik dan halus. Namun ada bagian yang terbaca terlalu keji untuk dibaca anak. Yaitu pada cerita Kodhok lan Bekicot. Penceritaan kodok yang dimakan burung terlalu kejam dan tanpa sensor.

Dongeng ini tidak hanya cocok dibaca anak-anak saja. Bisa juga jadi bacaan segala umur. Selain cerita yang menarik, kita juga akan diajak ikut berimajinasi lewat ilustrasi cantik dan hidup yang dibuat oleh Nai Rinaket. Ilustrasinya dapat kita temukan di setiap lembar. Tata letak ilustrasi dan cerita pun cukup bagus. Setidaknya mata saya masih nyaman. Hanya saja, beberapa halaman tidak ada nomor halamannya, karena tertutup ilustrasi.

Setelah membaca Si Jlitheng saya jadi ingin membacakan dongeng-dongeng di dalamnya pada anak saya kelak. Tapi kapan? Pacar saja belum punya.


Kavin K, lahir dan besar di Kudus. Penyuka warna putih dan biru. Suka berwisata kuliner.

0 comments