Puisi-Puisi Syamsul Bahri; Pada Musim Kelabu
Syamsul Bahri
PADA MUSIM KELABU
Gemuruh mendung mencumbu awan
yang sedang demam tinggi
Merobek dompet hujan antara
Kantung bulan dan matahari
daun-daun hujan meluruh lugur
menampiaskan pada musim-musm kesedihan
begitu kelabu, betapa abu putihnya debu
memiuhkan jemala
menuju bianglala lalu; kita menggema
tak pernah kucoba tuk melepasnya
pada musim kelabu, kau akan menutup pintu dan rindu
menjerat hati dan telinga
serupa bunga bertengada dalam rona jingga
suara menguar dari ngarai yang lain
tak pernah kenal wajahnya
gemuruh mendung mencumbu awan
terlepaslah hujan dari kekangnya hari
begitu kelabu, betapa abu putihnya debu
menautkan ruang dalam palung
bersimpuh mengemis ampun
yang tak kunjung diampuniNya
merebaslah segala
dari relung paling dalam
merebaslah muara-muara; doa
(2020)
ZIARAH PARA PENYAIR
Ingatan tak pernah memanggil buku-buku bisu
Derita yang paling kejam adalah diam dan tenggelam
Keluar dari lembaran-lembaran perang
Berceracau zaman berdebu rapuh, merangkai perjalanan sunyi
Rindu bersekat gaduh
Beradu dalam gemuruh
Meninggalkan segala yang tabuh
Aku menanam tuan dan puan
yang menjadi cikal dari syair-syairmu
sepasang mata mematahkan air dan api
berkelindan mengalir di atas takdir
kaulah dongeng sebelum aku hidup
mengunci dalam pintu-pintu maaf
tergurat mati dijarah air dan api
adalah tubuhmu
dicintai arwah para penyair
semburat gunung tersungkur dalam syukur
berkunag-kunang pada rindang doa!
(2020)
ELEGI DAUN KEMARAU
Aku tak pernah memanggil daun-daun jatuh itu
Mudah luruh dari
Pohon yang memohon
Agar selalu rimbun dan diziarahi para embun
Tubuh kami cepat keriput
dan tulang-belulang kami sebagian dijadikan fosil
dan dibingkai rapi
Jika hujan lupa menyiraminya pada sebuah pagi
Aku mengadu pada musim kemarau
Agar tak mengenali wajah-wajah hujan
Sebelum kuhapus wajah kemarau muram
Mengiris sepi menjadi puisi
Menjadikan irama yang berangsur-angsur lama
(2020)
0 comments