Tato Kepala Kuda Jantan di Tengkuk Perempuan
1
Lelaki itu melihat foto
profil teman-teman perempuannya di facebook. Bukan foto wajah. Bukan foto
setengah badan yang menghadap ke depan. Bukan foto tangan berhias gelang. Bukan
foto dua kaki yang diborgol dan diberati besi sebesar bola kaki. Bukan foto
panorama alam. Bukan foto kembang. Bukan foto satwa.
Ia masih melihat foto profil
teman-teman perempuannya. Bukan foto sepeda, sepeda motor, mobil mewah, kapal,
atau pesawat terbang. Bukan foto kulit depan buku. Juga bukan foto absurd. Akan
tetapi, foto tengkuk perempuan yang berhiaskan tato kepala kuda jantan yang
sedang meringkik.
Ia membandingkan dengan foto
teman-teman perempuannya yang lain. Nyaman, enak, dan sedap dipandang. Dari foto
lain di album facebooknya, perempuan itu terlihat mengenakan hijab sekenanya, tersenyum, cantik, dan
manis. Benar-benar menyenangkan, menggairahkan, dan menantang jika dilihat.
Namun, kenapa ada foto tengkuk dengan tato kuda jantan? Ia penasaran.
Lelaki itu tak mau mengambil
kesimpulan yang gegabah tentang teman perempuannya yang bertato kepala kuda
jantan itu, berdasarkan
status yang sesuatu yang diposting perempuan itu sekalipun. Meski rata-rata statusnya berisi
pesan-pesan yang inspiratif dan memotivasi. Karena melalui chatting dan inbox ia pernah menyatakan keinginannya menjadi kekasihnya.
Nama perempuan itu Kinasih.
2
Hari Minggu sore yang cerah, lelaki itu menyempatkan diri mengunjungi rumah perempuan
bertato kepala kuda jantan itu. Ia ke sana setelah perempuan itu mengizinkan dan
memberikan alamat yang lengkap melalui chatting.
Sebuah gang tetapi tidak begitu sempit. Karena pejalan kaki dan pengendara sepeda motor dapat
melintas dari dua arah.
Setelah memarkirkan sepeda
motornya, lelaki itu memencet bel listrik yang terletak di dalam pintu pagar.
Seorang perempuan muncul membuka pintu rumah. Lelaki itu terkesima. Tiba-tiba
darahnya terkesiap. Karena ia kini sedang berhadapan dengan perempuan itu secara
langsung.
Cantik! Mengenakan seperti
kerudung yang hanya menutupi rambutnya pendek yang tergerai. Bercelana jeans dan
berbaju lengan panjang. Lelaki itu mengucapkan salam, kemudian menyalami
perempuan bertato kepala kuda jantan di tengkuknya. Tetapi perempuan itu
menolaknya setelah membalas salam.
Perempuan itu mempersilakan
masuk tamunya. Pintu dibiarkan terbuka. Perempuan itu lalu mempersilakan tamunya duduk
di ruang tamu. Ia juga mengambil tempat duduk, berhadap-hadapan dengan lelaki
itu.
Hening.
Keduanya terdiam. Perempuan itu minta izin ke dalam untuk mengambil suguhan.
Tak lama, perempuan itu kembali dengan segelas air putih, segelas kopi, segelas
the dan segelas jus, dan sepiring kue pisang.
"Silakan diminum, Mas. Silakan juga dicicipi kue buatanku."
"Terima kasih." Tangan lelaki itu
mengambil segelas air putih. Kemudian meminumnya.
Mata lelaki itu melihat
hidangan di meja. Ada segelas kopi, segelas teh, dan segelas jus. Juga ada
sepiring kue pisang. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke almari buku dan
meja kerja. Ia lagi-lagi terkesima setelah melihat Al-Quran terbuka tergeletak
di atas meja.
"Saya sedang mengaji
ketika Mas tadi membunyikan bel," kata perempuan bertato itu.
"Oh, maaf."
"Tak mengapa. Saya sudah bertobat. Saya dulu memang pelacur. Tetapi Allah masih
menyayangi saya dengan memberikan hidayah-Nya. Ya sedikit demi sedikit saya
berubah."
"Allah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, juga
Maha Pengampun.
Tobat nasuhamu pasti akan diterima-Nya."
“Amin.”
“Eh, apa kamu sakit? Wajahmu
terlihat pucat.”
“Tidak kok. Hanya kurang tidur, mungkin.”
“Oh.”
“Saya tinggal sendiri di
rumah yang saya kontrak ini.”
Perempuan bertato itu
berdiri, kemudian berjalan menuju ke kamarnya. Mata lelaki itu memandang tengkuk perempuan
itu dengan cermat yang tersembunyi di balik kerudung yang kainnya
menerawang. Samar, tapi
kelihatan betul tato
kepala kuda jantan yang sedang meringkik tampak melekat di tengkuk perempuan
itu.
Tak lama kemudian perempuan
itu keluar dari kamar. Tangan kanannya memegang sesuatu. Lalu duduk kembali berhadap-hadapan
dengan lelaki itu. Kemudian membukanya. Telepon genggam.
"Saya akan belajar
agama secara bersungguh-sungguh. Mas tentu dapat membantu saya. Nah, kita rekam janji setia
ini," kata perempuan bertato itu.
"Baiklah! Saya akan
melaksanakan dan memegang teguh," kata lelaki itu.
"Bulan depan kita ke
penghulu."
Lelaki itu dan perempuan bertato kepala kuda jantan itu berkata serempak.
3
Ketika pagi mulai menyapa
semesta, lelaki
itu membuka akun facebook di telepon genggam yang dipegangnya, kemudian duduk
di kursi di kamar tamunya. Sambil menyeruput secangkir kopi yang telah diseduhnya, matanya menyapu status
di kabar berita. Ia sangat terkejut ketika matanya tertumbuk ke sebuah status
berita duka cita atau berita bela sungkawa.
“Innalillahi wa innailaihi
rojiun. Telah berpulang ke haribaan Allah, teman dan sahabat kita, Kinasih,
tadi pagi pukul 05.00, di kediamannya, karena sakit. Yang berasal dari tanah kembali ke tanah. Yang berasal
dari Allah kembali kepada Allah. Semoga husnul khotimah. Al-Fatihah.”
Demikian bunyi status yang
mengguncang lelaki itu. Tiba-tiba kepalanya pening. Matanya berkunang-kunang. Ia
masih duduk. Ia seperti kehilangan permata.
Cibinong, Oktober 2020

0 comments