Malik dan Elsa, antara Mimpi dan Cinta
Film Malik dan Elsa diangkat dari
novel laris dengan judul sama, karya Boy Candra. Sebenarnya film garapan Eddy
Prasetya ini direncanakan tayang di bioskop, tetapi karena pandemi, akhirnya
ditayangkan secara daring di Disney+ Hotstar. Jadi penggemar novel Boy Candra
yang menanti-nanti film ini keluar, tidak kecewa.
Seperti judulnya, film Malik dan Elsa bercerita tentang kisah Malik (Endy Arfian) dari keluarga kurang berada dan
Elsa (Salshabilla Adriani) dari keluarga kaya keturunan Minang. Malik berhasil
mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Padang. Di kampus inilah dia bertemu Elsa,
perempuan yang membuatnya tertarik pada pandangan pertama.
Perkenalan mereka cukup unik. Malik
yang terlalu percaya diri lansung godain Elsa. Malik memberi Elsa pertanyaan,
dengan hukuman jika tak bisa menjawabnya, Elsa harus mentraktirnya selama
seminggu. Pertanyaan aneh yang dilontarkan Malik berhasil membuatnya mendapat
traktiran dari Elsa selama seminggu. Malik jadi tidak usah bingung bagaimana makannya
selama tujuh hari kedepan.
Karena traktiran Elsa itulah
mereka berdua jadi dekat. Mereka setiap hari menghabiskan waktu berdua, mulai
di kampus, restoran, pantai dan tempat-tempat lainnya. Ya, kesempatan itu
dijadikan sarana keduanya untuk saling memahami dan mengerti. Elsa pun tahu
jika Malik juga bekerja serabutan di pasar. Tak masalah bagi Elsa, karena Elsa
pun suatu ketika membantu Malik di pasar.
Orang tua Elsa tahu jika anak
perempuannya itu sedang dekat dengan Malik. Senior Elsa yang memberitahu orang
tua Elsa. Elsa pun dilarang berhubungan dengan Malik, karena menurut mereka
Malik membawa dampak negatif pada Elsa, seperti sering pulang larut malam.
Lubis teman sekamar Malik secara
diam-diam mengirimkan naskah novel Malik ke suatu lomba di salah satu penerbit.
Hasilnya membahagiakan, naskah Malik menjadi juara. Malik pun mendapatkan
hadiah beasiswa ke Belanda. Berat bagi Malik untuk meninggalkan Elsa, tapi dia
pun punya tekad untuk mengejar mimpinya.
Karakter Malik yang “Dilan”, tapi Nanggung
Melihat Malik di film ini, saya
jadi teringat tokoh Dilan yang lebih dulu terkenal. Malik sama terlalu percaya
dirinya dengan Dilan, Malik suka gombal, sama dengan Dilan. Bedanya, di sini
Malik dari keluarga kurang mampu dan memang anaknya baik-baik saja. Sedangkan
Dilan memang anak baik, tapi suka berantem. Karakter Malik di sini terasa
nanggung dan tidak kuat. Mau dibawa ke mana si Malik ini. Jika dia tipikal optimis
meraih mimpi, itu jelas tidak terlihat. Jika dia sang raja gombal, juga
terkesan nanggung. Chemisrty Malik
dan Elsa juga nanggung dan biasa saja.
Cenderung Datar dengan Konflik Klise yang Biasa Saja
Ya, konflik dua tokoh yang saling
bertolak belakang secara finansial seperti ini klise. Tapi pada film Malik dan Elsa ini,
penulis cerita mencoba tetap optimis dengan membangun karakter khas pada tokoh,
dan mencoba memberi cerita lain yang dijalani si tokoh. Nyatanya menurut saya
tetap gagal. Pendekatan Malik ke Elsa terkesan biasa saja dan cenderung
membosankan. Untung saja penonton masih disuguhi dengan pemandangan pantai dan
laut Padang yang indah, yang menjadi sebagian dari setting cerita.
Biasanya film yang diadaptasi
dari novel, akan selalu dibandingkan. Namun karena saya belum membaca novelnya,
cukup saja bagi saya untuk ngoceh
soal filmnya saja. Lagipula novel dan film adalah bentuk karya yang berbeda,
meski ceritanya sama.

0 comments