Menjadi Penulis Profesional
Kegiatan menulis atau mengarang tentu tidak asing bagi
kita. Pasalnya, sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
menulis atau mengarang—apa pun—secara teori sudah kita pelajari bahkan sudah
kita praktikkan. Pertanyaannya, mengapa dalam kenyataan masih banyak orang yang
gagap menulis? Mengapa banyak yang tidak tertarik menekuninya dan memilihnya
sebagai sebuah profesi? Sebagai sebuah ladang
mata pencaharian?
Tidak bisa dipungkiri, masyarakat Indonesia relatif lebih
suka berbicara daripada menulis. Akibatnya banyak yang mesti berpikir
panjang bila ingin menjadikan menulis
sebagai sebuah profesi.
Selain karena budaya suka berbicara, penyebab lainnya, imbalan yang tidak atau
belum memadai, cibiran sosial yang menyudutkan, keterbatasan pengetahuan
penulis prihal media penampung, dsb. Itulah, mengapa menulis hanya ditempatkan sekadar
sebagai kegiatan selingan, hobi atau kelangenan.
Memilih menulis sebagai profesi memang membutuhkan
keberanian ekstra. Untuk menjadi penulis profesional banyak tangga dakian dan
jalan berkelok liku yang harus dilalui. Wilson Nadeak, seorang penulis yang
tulisannya pernah dimuat di hampir semua surat kabar yang terbit di Indonesia
mengatakan, untuk menjadi penulis profesional diperlukan kemauan yang tangguh
dan tahan uji. Motivasi kuat, dedikasi tinggi serta stamina yang panjang.
Berdasarkan pengamatan empieris, kebanyakan penulis yang
mengalami kegagalan memang lebih dikarenakan faktor yang disebutkan oleh dosen
Universitas Padjadjaran itu. Rasa malas, cepat menyerah, penyakit instanisme, keinginan
sesegera mungkin menikmati hasil tanpa melalui proses panjang, meyebabkan tidak
sedikit orang yang punya hasrat jadi penulis profesional layu sebelum
berkembang.
Akan tetapi, man
jadda wa jadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan
hasil, begitu ungkapan Arab yang populer di kalangan para santri. Di mana ada
kemauan di situ ada jalan, demikian pepatah terkenal yang hidup di masyarakat
bangsa ini. Dua-duanya menyarankan, bila seseorang mau berusaha dengan
sungguh-sungguh, mau bertekun diri dengan kerja tanpa lelah, pintu keberhasilan
terniscayakan terbuka lebar. Kalimat bijak mengatakan, tak ada hasil yang
mengkhianati proses.
Jadi, untuk menjadi penulis professional, kata kuncinya
adalah komitmen diri, kemauan kuat, dan kerja keras serta sabar meniti proses. Pasangan
ganda bulutangkis The Minnions,
Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya sukamulyo, mustahil dapat memenangi berbagai
turnamen super series dan berjaya menempati peringkat satu dunia ganda putra,
jika mereka tidak memiliki kemauan kuat dan
mau bekerja ektra keras. Pramoedya
Ananta Toer (alm) tidak mungkin bisa jadi penulis masyhur bila dia tidak punya
komitmen, kemauan dan disiplin yang tinggi. Masih berderet
kesuksesan-kesuksesan lain yang bisa ditunjuk sebagai bukti konkret hasil manis
dari kemauan dan kerja keras itu.
Sekali lagi, kuncinya adalah kemauan kuat dan kerja
keras. Kalau sudah berhasil menjadikan kemauan kuat dan kerja keras itu sebagai
kebutuhan hidup, tinggal ke mana pilihan dijatuhkan, menjadi penulis profesional
jenis tulisan fiksi atau nonfiksi?
Bagaimana dengan bakat menulis? Banyak peniliti dan
praktisi kepenulisan berpendapat, bakat
hanya berperan 5% pada keberhasilan. Selebihnya adalah kemauan, ketekunan, dan
kerja keras.
Jenis Tulisan atau Karangan
Sebelum menentukan tulisan apa yang mau ditekuni, penting
kiranya mengenal secara baik
jenis-jenis tulisan karangan. Ditilik dari ragam bahasa dan isinya, tulisan atau
karangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi adalah
karangan yang di dalamnya terkadung unsur khayal atau imajinasi pengarang.
Peristiwa atau kejadian yang ada dalam karangan bisa berdasarkan persistiwa
nyata atau hasil rekaan pengarang saja. Contoh, cerpen, novelet, novel, roman, puisi, dll.
Adapun karangan nonfiksi adalah karangan yang bersumber
pada data dan fakta. Di dalamnya sama sekali tidak terdapat unsur imajinasi
atau khayal pengarang. Contoh, berita, laporan, makalah, esai, skripsi, dll.
Dengan mengenal secara baik jenis tulisan beserta ciri
dan batasannya, dimungkinkan tidak akan terjadi kesalahan dalam menentukan
pilihan. Pilihan akan dijatuhkan sesuai dengan minat, pengetahuan, dan kemampuan.
Seseorang yang berminat, berpengetahuan, dan berkemampuan menulis karangan
fiksi akan memilih karangan jenis fiksi. Sebaliknya, demikian yang memiliki
minat, pengetahuan, dan kemampuan menulis karangan nonfiksi.
Apakah tidak boleh menulis keduanya, fiksi dan nonfiksi?
Tidak ada larangan. Namun pada hemat saya, spesialisasi diniscayakan lebih
menghasilkan tulisan yang berbobot dan berkualitas. Ibarat warung makan, warung
yang spesial menjual soto akan lebih konsisten dalam menjaga kualitas dan rasa khas
sotonya dibanding warung yang menjual soto, bakso, bakmi, ayam goreng, dan
jenis masakan lainnya. Dalam hal ini perlu diingat, tulisan yang menarik adalah
tulisan yang berciri dan bergaya khas. Cara penulis mengungkapkan gagasan,
sudut pandang yang dipilih, gaya bahasa yang digunakan, merupakan unsur pemikat
sebuah tulisan.
Nilai
Jual Tulisan Fiksi dan Nonfiksi
Ditinjau dari segi ekonomi, tulisan apa yang lebih
menghasilkan? Tulisan jenis fiksi atau nonfiksi? Guna mendapatkan jawaban yang
sahih perlu dilakukan sebuah penelitian akademis. Namun terlepas dari itu,
terdapat fakta dan cerita faktual yang menarik di kalangan penulis. Fakta dan
cerita itu bisa dicermati dalam paparan dua
ilustrasi berikut
Ilustrasi pertama. Hampir semua surat kabar yang terbit
di hari Minggu memuat puisi dan atau cerita pendek. Dari minggu ke minggu
terlihat tidak habis putus para penulis—yang kawakan atau debutan—berebut menyiarkan karya puisi dan cerita pendeknya di
rubrik sastra yang ada di situ. Tetapi, perlu diketahui, sekarang ini tidak semua media cetak yang memuat puisi
atau cerita pendek memberi honorarium kepada penulisnya. Sepengetahuan saya,
hanya koran besar nasional, seperti Kompas, Jawa Pos, Media
Indonesia, Republika, Koran Tempo, yang masih memberi imbalan. Sedangkan surat
kabar kecil yang terbit di daerah sudah banyak yang tidak memberi honorarium yang
menjadi hak sah penulis.
Lalu bagaimana dengan buku fiksi? Seorang teman baik,
yang novel dan cerpennya diterbitkan sebuah penerbit mayor terkenal, rajin
mengirim whatsapp
kepada semua kawan serta relasi. Isinya, minta kawan-kawan serta relasi “membantu” membeli buku kumpulan cerpennya
yang baru terbit.
Ilustrasi kedua. Seorang guru bahasa Indonesia SMP di Kendal, yang menekuni dunia tulis
menulis, setiap minggu mampu menambah pundi-pundi rekeningnya lebih kurang tiga juta rupiah per bulan. Uang
sejumlah itu diterima sebagai imbalan tulisan esai politik karyanya yang tayang
di media online UC News.
Itu baru honor dari satu media online. Bisa dibayangkan, berapa besaran honor yang diterima jika
ia mau mengirim tulisannya di media online
lainnya atau kalau ia mampu menembus media cetak besar yang notabene hampir setiap hari, minus hari
Minggu, memuat tulisan jenis esai. Untuk diketahui, banyak media arus utama
utama atau online yang menerima
kiriman beraneka esai; politik, gaya hidup, olahraga, budaya, seni, pendidikan,
dll.
Dua ilustrasi di atas sengaja disampaikan dengan tujuan
agar bisa dijadikan sebagai gambaran kecil dan bahan pertimbangan dalam
menentukan pilihan menjadi penulis profesional. Notabene karena keduanya
berdasar pada cerita faktual dengan sampel
hanya dua kasus, maka kebenarannya perlu diuji dan didalami lagi.
1 comments
No Deposit Casino Bonuses & Free Spins No Deposit
BalasHapusThe most popular no 수 있습니다 deposit casino bonus is the 토토 꽁 머니 사이트 No Deposit Free Spins Bonus which can be found on the 해외토토사이트 Casumo 원 엑스 벳 Casino bonus page, where you get a No 강원 랜드 후기 Deposit Free Spins