Puisi-Puisi Dirgo Utomo; Hujan di Bulan Desember

Dirgo Utomo




HUJAN DI BULAN DESEMBER


Setiap hujan di bulan desember,
Tangis beku kembali mengapung dari dasar kolam ingatanku
Padahal air matanya telah lama tuntas
Diserap oleh akarnya gairah yang tumbuh di setiap ruas napas

Hujan desember kali ini,
Gemuruhnya bagai lantunan ayat puisi
Mengisahkan sejarah yang berpuluh tahun terkemas dalam peti
Mungkin, karna ditulis oleh rintik
Hingga derasnya mengusik, menggelitik

Kepada angin yang membentur, kenangan itu mengucur
Bahwa, dingin, kabut, mengiring tubuh tubuh fakir yang kapur
Bagai kelompok semut, berarakan, berpindah singgah
Menuju gedung gedung kota
Memasuki tenda tenda
Berkerubung melingkari sumbu api dan nyala

Kala itu awan, hujan, selayaknya pasukan perang
Menundukkan daratan tanah dan bebatuan
Merampas isi rumah
Membusukkan padi di sawah
Menyesatkan nama
Pupus di jalan pulang
Atau entah memang sungguh benar pulang

Setiap desember...
Hitam awan...
Deras hujan...
Mencekam...

Kds. Desember 2020
D.Utm.




MENEMPA DALAM SKETSA


Telah kutoreh berlembar sketsa
Membentuk laut, gunung, dan belantara
Serupa angin gelora sudah bertanda
yang biasa lekap,
merayap di pintu harap

Telah pula kugambarkan
Hamparan langit ditikung awan
Lorong hampa menggeluti gelap
Sesak udara merangsek pengap
Dingin berkafan sunyi
Dan sumbang alunan bunyi

Satu per satu kugelar di hadapanmu
Sebagai kisi kisi pemandu
Agar  kau menemu dan tercipta beragam kunci
Tuk membuka setiap pintu, walau terkadang buntu dan mati

Kemudian...
tinggal kau saputkan warna warni di dinding rumahmu.

Kds.Desember 2020
D.Utm.





KEPADA ANAKKU


Anakku...
Bapak ini sudah tua
Meski kau belum mampu
Menafsir garis yang mengarsir kulitku
Itu bukanlah persoalan bagiku

Aku cuma mau bilang
Segeralah turun dari ayunan
Biarkan tapak kakimu menyentuh bentuk dan warna tanah
Atur lentur jemarimu yang lincah
Agar kau tak merasa geli
Bila jalan yang kau injak menggelitiki
Dan jika kesandung lalu terasa nyeri
Tangismu segera terhenti oleh jemarimu yang menari

Maafkan bapakmu
Yang sering menggunting alur petamu
Sebab beberapa telah menggusur tiang rambu

Tak perlu kau tahu anakku
Tentang ihlasnya orang tuamu
Cukup, kenali saja aroma keringat ini
Rabai telapak tangan ini
Agar bapak gampang kau temukan
Andai kelak kau jauh dari pandang

Sudah ya nak
Bapak ingin istirahat sejenak
Agar esok tetap bisa bernapas segar
Aliran darah pun beputar lancar
Karena bapak masih ingin menggendongmu
Suka pula menidurkanmu
Atau bila sudah tak mampu
Senyummu tetap mampir di mataku.

Kds. Desember 2020
D.Utm.



Tentang Penulis:
Photo
Lelaki biasa yg lahir di Kudus 51 tahun yang lalu. Tepatnya di Undaan Tengah, Undaan. Karya puisinya pernah termuat dalam buku antologi puisi Rawatirta (Reybook Media, 2019). Suka melukis, mereplikakan alam dan segala yang mempesona pada indahnya kemasan dinding, kayu, batu, maupun tanah. Bersyair sebagai hobi yang melekap sejak muda sebagai refleksi kegelisahan semata.

0 comments