Warisan Nilai-Nilai Perjuangan Bung Karno
Semua
orang Indonesia pra milenial selalu ingat sejarahnya, karena masa ORLA dan ORBA
di sekolah diwajibkan menghafal peta Indonesia, tokoh dan pahlawan-pahlawannya,
sekaligus tidak melupakan sejarah perjuangan dan peran Bung Karno pada masa pra
kemerdekaan, kemerdekaaan dan awal menggerakkan roda NKRI. Sehingga kita sangat
memahami Bung Karno dan nilai yang diperjuangkan.
Dari buku-bukunya dan pergerakan, serta ucapannya dapat dipetik filosofi perjuangan Bung Karno yang
selalu sarat dengan nilai-nilai.
Kemajemukan
Bung
Karno memahami Indonesia, sekaligus
kemajemukannya. Sehingga dengan segala pemikiran dan upaya, Bung Karno
mencanangkan NASAKOM sebagai gambaran bahwa
di Indonesia dari dahulu telah ada berbagai macam pemikiran, agama,
serta kepercayaan yang sebetulnya bisa dipersatukan. Inilah kejujuran, sikap
berani dan obyektif Bung Karno dalam melihat pluralisme Indonesia.
Marhaenis
Nilai
kedua yang diperjuangkan Bung Karno adalah melindungi rakyat, sikap yang
komitmen pada nasib rakyat. Khususnya kaum tani dan buruh. Wong cilik memang berada di
lapisan buruh dan petani dari dahulu hingga sekarang. Karenanya Bung Karno
melahirkan Marhaenisme, aliran pemikiran khas wong
cilik Indonesia.
Saya
ingin mengingatkan lagi pesan Bung Karno agar para juragan dan pengusaha tidak
menelantarkan kaum buruh dengan menyebut lima pesannya yaitu: WAREG, WARAS, WASIS,
WUTUH dan WISMA. WAREG pengertianya adalah cukup pangan. WARAS maksudnya
terjamin kesehatanya. WASIS berarti mendapat
pendidikan dan pelatihan. WUTUH maksudnya
cukup sandang dan pakaian. WISMA artinya rumah atau tempat tinggal. Lima pesan
Bung Karno tentang nasib buruh tersebut secara implisit juga mengandung
maksud agar pengusaha ketika memberi upah pada pekerja jangan hanya berpikir
untuk kebutuhan makan, pengetahuan, sehat dan tempat tinggal. Namun juga
memikirkan keluarganya: anak dan istrinya.
Independensi
Nilai
ketiga yang diperjuangkan Bung Karno adalah independensi, yang pada hakekatnya
adalah Indonesia jangan bergantung pada asing. Terlebih kepada Amerika (saat
itu). Maka relevan ketika Bung Karno menggagas konsep BERDIKARI (Berdiri Di
Atas Kaki Sendiri). Demikian, nilai-nilai perjuangan Bung Karno yang telah
mulai kembali menjadi dasar penyemangat pembangunan bangsa saat itu dan juga
masa Orde Baru. Sekarang, seyogyanya
nilai-nilai perjuangan Bung Karno diajarkan pada generasi muda yang
cinta NKRI. Jangan sampai Republik ini bergantung dan dikendalikan dalam seluruh
dimensi dan kebijakannya oleh kekuasaan
Asing.
Warisan
pemikiran Bung Karno tersebut dahulu diungkapkan dengan bahasa yang sederhana, terasa di hati
rakyat dan mencerminkan sikap hidup Jawa. Misalnya kata Jawa menunjuk
pengertian “Ora Londo”, maknanya Jawa memang
sebagai bangsa yang terjajah, karena itu psikososialnya secara eksternal
“Anti Asing” dan sikap internal cenderung memiliki solidaritas dan toleransi.
Solidaritas artinya rasa senasib, wajib saling menolong sesama. Sedangkan toleransi
merupakan sikap tenggang rasa dan menghargai perbedaan. Kedua sikap rakyat
tersebut justru yang mendorong kekuatan sikap Bung Karno dalam mendirikan asosiasi Negara Non Blok,
yang hakekatnya adalah sikap independen, berani menyatakan kebenaran dan
menentukan sikapnya sendiri karena tidak dikangkangi (kooptasi) oleh negara
lain ataupun kekuatan tertentu.

0 comments