Warisan Nilai-Nilai Perjuangan Bung Karno

Bin Subiyanto. M



Sudah tidak lagi mendiskusikan siapa yang melahirkan Pancasila. Tetapi cukuplah melihat dengan kejujuran, bahwa Bung Karno adalah Proklamator yang justru melahirkan Republik Indonesia. Dan maka lebih bijak, setiap tanggal 21 Juni  menyelenggarakan haul Bung Karno, sebagai wujud kesinambungan batin yang tak terputuskan. Itulah kesimpulan yang tercatat  saat berziarah ke Blitar, makam Bung Karno beberapa tahun lalu.

Semua orang Indonesia pra milenial selalu ingat sejarahnya, karena masa ORLA dan ORBA di sekolah diwajibkan menghafal peta Indonesia, tokoh dan pahlawan-pahlawannya, sekaligus tidak melupakan sejarah perjuangan dan peran Bung Karno pada masa pra kemerdekaan, kemerdekaaan dan awal menggerakkan roda NKRI. Sehingga kita sangat  memahami Bung Karno dan nilai yang diperjuangkan. Dari buku-bukunya dan pergerakan, serta ucapannya dapat dipetik filosofi perjuangan Bung Karno yang selalu sarat dengan nilai-nilai.  

Kemajemukan

Bung Karno memahami  Indonesia, sekaligus kemajemukannya. Sehingga dengan segala pemikiran dan upaya, Bung Karno mencanangkan NASAKOM sebagai gambaran bahwa  di Indonesia dari dahulu telah ada berbagai macam pemikiran, agama, serta kepercayaan yang sebetulnya bisa dipersatukan. Inilah kejujuran, sikap berani dan obyektif Bung Karno dalam melihat pluralisme Indonesia.

Marhaenis

Nilai kedua yang diperjuangkan Bung Karno adalah melindungi rakyat, sikap yang komitmen pada nasib rakyat. Khususnya kaum tani dan buruh. Wong cilik memang berada di  lapisan buruh dan petani dari dahulu hingga sekarang. Karenanya Bung Karno melahirkan Marhaenisme, aliran pemikiran  khas wong cilik Indonesia.

Saya ingin mengingatkan lagi pesan Bung Karno agar para juragan dan pengusaha tidak menelantarkan kaum buruh dengan menyebut lima pesannya yaitu: WAREG, WARAS, WASIS, WUTUH dan WISMA. WAREG pengertianya adalah cukup pangan. WARAS maksudnya terjamin kesehatanya. WASIS  berarti mendapat  pendidikan dan pelatihan. WUTUH maksudnya cukup sandang dan pakaian. WISMA artinya rumah atau tempat tinggal. Lima pesan Bung Karno tentang nasib buruh tersebut secara implisit juga mengandung maksud agar pengusaha ketika memberi upah pada pekerja jangan hanya berpikir untuk kebutuhan makan, pengetahuan, sehat dan tempat tinggal. Namun juga memikirkan keluarganya: anak dan istrinya.

Independensi

Nilai ketiga yang diperjuangkan Bung Karno adalah independensi, yang pada hakekatnya adalah Indonesia jangan bergantung pada asing. Terlebih kepada Amerika (saat itu). Maka relevan ketika Bung Karno menggagas konsep BERDIKARI (Berdiri Di Atas Kaki Sendiri). Demikian, nilai-nilai perjuangan Bung Karno yang telah mulai kembali menjadi dasar penyemangat pembangunan bangsa saat itu dan juga masa Orde Baru. Sekarang, seyogyanya  nilai-nilai perjuangan Bung Karno diajarkan pada generasi muda yang cinta NKRI. Jangan sampai Republik ini bergantung dan dikendalikan dalam seluruh dimensi dan kebijakannya oleh  kekuasaan Asing.

Warisan pemikiran Bung Karno tersebut dahulu diungkapkan  dengan bahasa yang sederhana, terasa di hati rakyat dan mencerminkan sikap hidup Jawa. Misalnya kata Jawa menunjuk pengertian “Ora Londo”, maknanya Jawa memang  sebagai bangsa yang terjajah, karena itu psikososialnya secara eksternal “Anti Asing” dan sikap internal cenderung  memiliki solidaritas dan toleransi. Solidaritas artinya rasa senasib, wajib saling menolong sesama. Sedangkan toleransi merupakan sikap tenggang rasa dan menghargai perbedaan. Kedua sikap rakyat tersebut justru yang mendorong kekuatan sikap Bung Karno  dalam mendirikan asosiasi Negara Non Blok, yang hakekatnya adalah sikap independen, berani menyatakan kebenaran dan menentukan sikapnya sendiri karena tidak dikangkangi (kooptasi) oleh negara lain ataupun kekuatan tertentu.

Sekarang, kewajiban generasi milenial mulai berproses menjadi manusia Indonesia yang berpancasila secara benar, mendasar dan mengakar (Radikalis Pancasila) yang aplikasinya keseharian dengan prinsip solidaritas, toleransi dan independen.  


Tentang Penulis:
Photo
Pegiat buruh, direktur PADERI (Pusat Analisis Demokrasi Ekonomi keRakyatan Indonesia). Menulis sejak 1985. Tulisannya pernah dimuat di surat kabar, majalah, tabloid, dan media di Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Jakarta. Emailnya bins.indo@gmail.com.

0 comments