Self-Diagnose dan Bahaya yang Mengintai

Adi Nasiruddin Abror



Zaman terus bergerak maju. Teknologi berkembang begitu pesat. Di era digital seperti sekarang ini, informasi bisa  didapatkan seseorang dalam genggaman tangan, melalui media gawai. Semakin terjangkaunya harga smartphone, serta adanya mesin pencaraian seperti Google, membuat seseorang semakin mudah mendapatkan informasi apa pun dalam dalam waktu singkat. Tak terkecuali informasi-informasi yang berkaitan dengan kesehatan mental. Hal tersebut tak jarang meggoda seseorang untuk mencari tahu mengenai gejala-gejala yang dialami oleh seseorang tersebut dan membuatnya melakukan self-diagnose.

“Aku merasakan moodku berubah-ubah, sepertinya aku mengidap bipolar.”

“Ketika malam hari aku sering mengalami insomnia, dan juga merasakan kesediahan yang berkepanjangan. Sepertinya aku mengalami depresi.”

Self-diagnose ialah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengdiagnosis dirinya sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan sendiri dari berbagai sumber, bukan berdasarkan diagnosis yang dilakukan oleh tenaga ahli dan profesional di bidangnya, seperti psikolog ataupun psikiater.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The Tinker Law Firm menghasilkan data sebagai berikut: sebesar 40% dari 3000 warga negara Amerika Serikat melakukan self-diagnose. Jika data tersebut dikalkulasikan, dari 3000 orang warga negara Amerika Serikat terdapat 1320 orang yang melakukan self-diagnose secara online. Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa amat banyak warga negara Amerika Serikat yang melakukan self-diagnose.

 

Lantas apa imbasnya jika kita melakukan self-diagnose?

Memang benar dengan cara melakukan self-diagnose memungkinkan seseorang untuk lebih menyadari terhadap apa yang sedang terjadi di dalam dirinya. Hal tersebut bisa memicu seseorang untuk pergi menemui psikolog ataupun psikiater. Dengan tujuan untuk memenatau lebih dalam terkait dengan kondisi kesehatan mental yang dialami oleh seseorang tersebut.

Namun, akan berbeda ceritanya jika seseorang tersebut tidak memiliki pikiran yang kritis ataupun orang-orang awam yang tidak tahu-menahu seluk-beluk mengenai dunia kesehatan mental. Hal tersebut akan memungkinkan seseorang tersebut tingkat kesehatan mentalnya lebih buruk jika dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Melakukan diagnosis terhadap diri sendiri mempunyai peran terhadap kesehatan mental pada diri seseorang, yaitu memunculkan kekhawatiran pada diri seseorang, padahal hal tersebut yang sebenarnya sangatlah tidak perlu. Tidak menutup kemungkinan seseorang yang melakukan self-diagnose lama-kelamaan memicu munculnya gangguan kecemasan secara umum yang diakibatkan dari rasa khawatir setelah melakukan self-diagnose. Gangguan kecemasan umum ialah kondisi mental yang umumnya ditandai dengan kekhawatiran yang berlebih terhadap situasi tertentu.

Selain menimbulkan kekhawatiran pada diri seseorang, self-diagnose bisa menimbulkan masalah baru yaitu membuat masalah kesehatan mental yang terjadi pada diri seseorang jadi tidak terdeteksi. Permasalahan terkait gangguan mental biasanya tidak muncul secara sendirian, namun juga diiringi dengan gangguan mental lainnya.

Jika Anda merasakan ada yang tidak beres pada diri Anda, khusunya yang berkaitan dengan kesehatan mental, alangkah baiknya sesegera mungkin menemui tenaga ahli seperti psikolog ataupun psikiater terdekat yang berada di kota Anda.

 

Kenapa harus pergi menemui psikolog ataupun pasikiater?

Hal tersebut dikarenakan ketika didiagnosis oleh psikolog ataupun psikiater, ada pihak yang bertanggung jawab ketika suatu diagnosis yang dilakukan oleh tenaga ahli dan profesional di bidangnya tidak akurat. Bayangkanlah jika suatu diagnosis itu kita dapat dari dunia maya. Apakah akan ada orang yang bertanggung jawab terhadap kesehatan mental Anda?

 

Sumber Reverensi:

https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental

https://pijarpsikologi.org/self-diagnose-tidak-akan-menyembuhkan-kekhawatiranmu/

https://psikologi.unisba.ac.id/artikel-kegiatan-psycreticle-self-diagnose-muhammad-lazuard-ramdhani-10050017102/



Tentang Penulis:
Photo
lahir dan tinggal di Kota Jepara. saat ini sedang menempuh Pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus. Puisi-puisi dan cerpen-cerpen karyanya termuat di beberapa buku antologi. Korespondensi bisa melalui surel: adidna4@gmail.com.

0 comments