Puisi-Puisi Sulistyo; Lelaki Yang Tak Pernah Menyukai Namanya Sendiri

Sulistyo

Lelaki Yang Tak Pernah Menyukai Namanya Sendiri

lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
menjadi matahari saat terbit pagi
menjadi sebongkah batu besar yang membelah laju tongkang
menjelma pegunungan yang didaki para petualang
mekar seputih melati yang mewangi di tubuh-tubuh bidadari

lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
menyelinap di tubuh sintal kuning hijau pelangi
bersemayam dalam desah nafas surgawi

lelaki yang tak pernah menyukai namanya sendiri
berkelindan dalam bait-bait puisi
tercecer dan hilang terbawa jejak kaki

2020



Kopi Tinggal Setengah Gelas Lagi

semburat sore perlahan memudar
kopi tinggal beberapa kali seruputan
kau tak juga datang membawa senyummu yang menawan
terlupa atau sengaja menghindar

petang sebentar lagi datang
dan harapku semakin hilang

kopi tinggal setengah gelas lagi
aku beranjak pergi
kuremas gemas sejuta kecewa
kulempar geram ke wajah senja

2021



Rinduku Terlunta Di Kecipak Kaki Hujan

rinduku tergerus kaki-kaki hujan
meleleh mengalir menyumbat selokan
mencari wajahmu yang terbawa perahu kayu milik bocah-bocah pemilik waktu
"lihat, ada wajah perempuan berbibir merah jambu tersangkut di perahuku!"

tapi perempuan berbibir merah jambu itu tiba-tiba berjalan menyusuri kisi-kisi hujan
dengan pantat sedikit bergoyang
payung hitam menutupi separoh tubuhnya dari hujan

aku lari lintang pukang
segera menemukan pembawa payung hitam

itu adalah kau pemilik bibir merah jambu yang beberapa saat lalu terombang-ambing terbawa perahu kayu milik bocah-bocah penguasa waktu

sekejap saja kau menghilang
lenyap dari jangkauan
bersama rinduku yang menghiba
menggelepar terinjak kaki-kaki hujan

2021

=>>>Silakan kunjungi bukutajug.com untuk mendapatkan e-book GRATIS dan diskon buku hingga 30%!<<<=

=>>>Untuk mendapatkan e-book GRATIS silakan klik Di sini!<<<=


Tentang Penulis:
Saat ini masih betah tinggal di Jakarta. Lahir di Kudus pada 11 September.  Menghabiskan waktu kecil dan remajanya di Kudus. Menyukai fotografi selain puisi tentunya. Pada bulan Juni 2018 pernah memenangi International Photo Contest, Talent Award Fine Art Photography Classification di Mumbai. Beberapa fotonya juga ikut mengisi majalah Progressive Street Photography, Italy. Dan terpilih sebagai foto terbaik dalam beberapa kontes. Menyukai sastra khususnya puisi sejak duduk di bangku sekolah dasar. Puisi-puisinya termuat dalam antologi nasional, Kata Kita, Gembok, Tadarus Puisi IV, Corona, 75 Pensyair Bicara Kemerdekaan Indonesia, Catatan Sederhana, Sampah, dll. Hingga saat ini berprofesi sebagai DJ (Disc Jockey).

0 comments