Puisi-puisi Syukur Budiardjo; Tahun Risau Menangis
Tahun Risau Menangis
/1/
detik terbirit mengelebat
bagai celurit mengerat
/2/
menit cepat menggebrak
bagai granat meledak
/3/
jam lari menghunjam
bagai belati menikam
/4/
hari kencang menerabas
bagai pedang menebas
/5/
minggu berkesiur melebur
bagai sangkur membentur
/6/
bulan perlahan merangkak
bagai senapan menyalak
/7/
tahun risau menangis
bagai pisau mengiris
Cibinong, 31 Desember 2019
Tulislah Aku Sebagai Sajak
Tulislah aku sebagai sajak
Hingga lekukku yang tak tampak. Sekalipun
Ketika hujan pagi merimbun. Jangan merana
Karena aku diciptakan untukmu
Memang sederhana
Terimalah apa adanya
Maka jangan kau sembunyikan cintamu
Untukku. Hanya untukku. Selalu
Untukku. Hanya untukku. Selalu
Hingga jala waktu
Yang ditebar terangkat
Pada saatnya nanti. Pasti
Cibinong, 5 Maret 2020
Kita Cuma Pejalan Gagap
detik menggamit menit
menit menikam jam
jam meniti hari
hari menelan bulan
bulan merimbun tahun
tahun menuntun ngungun
tak usah terkesiap
kita cuma pejalan gagap
di siang pengap di malam gelap
susuri hari meski letih merintih
kadang tawa merona ganti bersilih
tahun-tahun melaju berlalu
kadang kita ingin abadi bersatu
Cibinong, 7 Oktober 2020
Tentang Penulis:

Penulis
dan Pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan
Seni (FPBS) Jurusan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Menulis artikel, cerpen, dan
puisi di media cetak, media daring, dan media sosial. Kontributor sejumlah
antologi puisi. Menulis buku kumpulan puisi Mik
Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki
Datang (2018), Demi Waktu (2019),
Beda Pahlawan dan Koruptor (2019),
buku kumpulan esai Enak Zamanku, To!
(2019), dan buku nonfiksi Straegi Menulis
Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru
(2018). Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
0 comments